CHRONICLE OF A BLOOD MERCHANT (Hari Ke 3 Tantangan Kampus Fiksi)
Assalamaualaikum wr.wb ,
how’s ur day gaeess??
Hari
ini adalah hari ketiga tantangan kampus fiksi (yeeeaaayyy), tema yang diangkat
adalah “Kira-kira bagaimana perasaanmu jika kamu mempunyai anak, sementara anak
tersebut tidak sesuai dengan apa yang kamu harapkan” nah untuk menjawab
tantangan ini gue gak mau cuma ngomong gak jelas perihal perasaan gue
seandainya gue dihadapkan pada kondisi seperti yang ada pada tema, tapi gue
juga akan berbagi info yang berkaitan dengan tema jadi berbagi informasi
sedikit boleh gitu deeh hehe.
Ngomongin
soal anak, siapa coba di dunia ini yang tidak mengharapkan seorang anak hadir
dalam sebuah keluarga, gue emang belum menikah dan belum berkeluarga(curhat
neng?) jadi belum bisa merasakan gimana
rasanya punya anak, tapi gue sering kok dengar cerita pasangan-pasangan muda
yang baru dikaruniai anak, mereka bilang hadirnya anak di keluarga itu
mempererat dan meningkatkan keharmonisan keluarga, anak juga jadi salah satu
alasan papa-papa muda untuk cepat pulang kerumah dan gak mampir-mapir lagi
(mampir kemana hayoo) setelah seharian berkutat di kantor. Tapi bagaimana
seandainya anak yang kamu idam-idamkan ternyata tidak sesuai dengan harapanmu?
Tidak sesuai dengan harapan disini mungkin luas ya pengertiannya, bisa aja
jenis kelaminnya tidak sesuai harapan misalnya kamu menginginkan seorang anak
laki-laki eeh ternyata dapetnya anak perempuan, bisa juga dari fisik, orang tua
mana coba yang ingin anaknya terlahir cacat, tapi terkadang apa yang kita
harapkan tidak sesuai dengan kenyataan. Tidak sedikit loh keluarga yang di uji
oleh Allah dengan dihadirkannya seorang anak dengan fisik yang tidak sempurna.
Nah seandainya gue jadi orang yang mengalami hal-hal di atas mungkin perasaan
yang udah pasti muncul adalah KECEWA. Gak mungkin kan gak kecewa disaat
keinginan kita tak sesuai dengan kenyataan yang ada (eeaaakk).
Nah
ada satu hal menarik yang ingin gue bagi kekalian hari ini berkaitan dengan
tema “anak yang tak sesuai dengan harapan” dan kekecewaan. Gue mau mereview
sebuah film luar biasa yang baru gue tonton beberapa hari yang lalu. Film keren
itu berjudul “CHRONICLE OF A BLOOD MERCHANT” sebuah film korea berdurasi kurang
lebih 2 jam 3 menit 50 detik yang dirilis tahun 2005. Ditulis oleh Yu Hua dan
disutradarai oleh Ha Jung Woo, film ini mengangkat sisi lain dari negeri
gingseng yang sepertinya tidak atau jarang kita temui di Indonesia yaitu
transaksi jual beli darah. Dimana menjual darah disini menjadi penghasilan
utama dari sang tokoh utama, Heo Sam Gwan yang diperankan oleh Ha Jung Woo.
Film ini bersetting tahun 1983 menceritakan tentang Heo Sam gwan seorang pemuda
desa yang bekerja sebagai buruh di pasar dan membantu ayahnya berkebun. Heo Sam
Gwan adalah pemuda yang rajin dan giat bekerja namun ia belum juga menikah. Sam
Gwan jatuh cinta dengan seorang wanita cantik yang menjadi idaman semua pemuda
di desanya, gadis cantik itu bernama Heo Ok Ran yang diperankan oleh aktris
korea Ha Ji Won. Heo Ok Ran bekerja di pasar sebagai penjual brondong jagung “popcorn”
keliling, semua pemuda tergila-gila pada kecantikan Ok Ran tapi sayang Ok Ran
sudah memiliki kekasih bernama Han So
Yong, seorang pemuda kaya raya dan playboy.
Heo
Sam Gwan berkeinginan untuk menikahi Heo Ok Ran namun sayang ia tidak memiliki
banyak uang, hingga akhirnya pada suatu ketika Heo Sam Gwan tertarik untuk
menjual darahnya demi mendapatkan banyak uang agar bisa menikahi Heo Ok Ran
selain itu masyarakat di desanya menganggap pemuda yang telah menjual darah ke
kota memiliki kelebihan karena sudah dipastikan pemuda tersebut sehat. Setelah menjual darah untuk pertama kali,
akhirnya Heo Sam Gwan memberanikan diri untuk datang ke rumah Heo Ok Ran dan
merayu ayahnya dengan iming-iming uang hasil penjualan darah. Ayah Heo Ok Ran
pun menerima lamaran Heo Sam Gwan.
Setelah 11 tahun
menikah mereka telah dikaruniai 3 orang anak laki laki yang bernama Heo Il Rak, Heo
Irak, dan Heo Sam Rak. Kehidupan mereka sangat harmonis, Heo Il Rak adalah anak
pertama dan yang paling disayang oleh ayahnya hingga sebuah rumor menyebar di
desa yang mengatakan bahwa Heo Il Rak bukan lah anak kandung Heo Sam Gwan
melainkan anak dari Heo Ok Ran dan mantan kekasihnya Han So Yong. Heo Sam Gwan
sangat yakin bahwa Il Rak adalah anak kandungnya, namun karna rumor semakin
menyebar, untuk membuktikan semuanya Heo Sam Gwan memutuskan untuk melakukan
tes DNA. Betapa terkejutnya Heo Sam Gwan mengetahui hasil DNA yang menyatakan
bahwa Il Rak bukanlah anak kandungnya. Sam Gwan sangat marah kepada istrinya.
Sejak saat itu pula ia sangat benci dengan Il Rak. Ia tidak terima karena
ternyata selama 11 tahun ia telah membesarkan anak yang bukan anak kandungnya
sendiri melainkan anak dari istrinya bersama laki-laki lain. Di sinilah
ketegaran Il Rak sebagai seorang anak diuji, meskipun ayahnya sangat membenci
dan membeda-bedakannya dengan saudaranya yang lain namun Il Rak tetap kuat dan
melakukan apapun agar ayahnya tetap menganggapnya sebagai anak dan tetap
menyayanginya. Akhirnya suatu waktu Sam Gwan pun sadar bahwa selama ini ia
salah. Kenyataan ini adalah kesalahan yang terjadi di masa lalu istrinya, bukan
kesalahan Il Rak, ia juga sadar bahwa Il Rak tetap menyayanginya dan membelanya
disaat orang lain menuduhnya.
Rumah tangga mereka akhirnya kembali
harmonis. Namun ujian tak cukup sampai di sini, suatu hari Il Rak tiba-tiba
sakit dan ternyata ia didiagnosa mengidap penyakit ensefalitis. Menurut saya di
sinilah bagian paling menyentuh dimana Heo Sam Gwan menunjukkan besarnya perjuangan
seorang ayah yang rela menjual darahnya ke beberapa rumah sakit demi
mendapatkan uang untuk pengobatan Il rak. Sam Gwan yang seharusnya hanya boleh
mendonorkan darah setiap 2 bulan sekali, demi mengumpulkan uang ia mendatangi
beberapa rumah sakit yang berbeda di hari yang sama hingga akhirnya ia sendiri
kekurangan darah. Sam Gwan merasa putus asa karena ia mengira bahwa nyawa Il Rak
tak tertolong karna ia terlambat membawa uang untuk biaya pengobatan. Namun
ternyata tanpa diduga Il Rak berhasil selamat berkat ibunya yang rela menjual
ginjalnya demi biaya pengobatan Il Rak. Aaahh gue yang emang dasarnya cengeng
benar-benar mewek karna film ini, sebuah kisah pengorbanan keluarga yang luar
biasa. Dari film ini kita belajar bahwa benar harta yang paling berharga adalah
KELUARGA. Gue Cuma mau berbagi nasihat untuk siapapun saudara yang ada diluar
sana yang mungkin sedang diberikan cobaan oleh Allah berupa seorang anak namun
tak sesuai dengan apa yang kalian harapkan, percayalah bahwa masih banyak orang
di luar sana yang sangat mengidam-idamkan hadirnya anak di keluarga mereka
namun mereka tak pernah mendapatkannya, bukankah seharusnya kita yang diberikan
rezeki oleh Allah apapun itu bentuknya harusnya bersyukur karna kita dipercaya
oleh Allah untuk diberikan amanah yang pada suatu saat nanti akan kembali juga
kepada-NYA (warrrrbiasaaah tumben bijak wkwk). Mungkin itu aja yang bisa gue
bagi ke kalian hari ini, bye bye……….
Pontianak, 13
Maret 2017
Komentar
Posting Komentar