CERPEN MINI (CERMIN) "PETUAH)




"PETUAH"
Aku meletakkan potongan balok kayu sebagai alas duduk di samping mbah kung, kuperhatikan gerakan tangannya yang begitu cekatan membuang plastik tipis penutup gelas bekas air mineral menggunakan pisau lipat kecil di tangannya.
“mau bantu?” tanyanya seraya menyodorkan pisau itu ke arahku, aku meraih gelas plastik bekas pertamaku, aiish rasanya sudah sangat lama tanganku tak menyentuh benda ini. Meski tak selihai dulu, setidaknya aku masih ingat bagaimana cara melakukannya.
“Gimana tempat barumu nduk? Betah?”
“Ya begitulah mbah, masih perlu beradaptasi. Dibilang betah nggak juga, masih sering kangen sama ibu, bapak, abang, mbah dan semua keluarga di sini.” Aku meraih gelas keduaku.
“Kuncinya cuma satu, Sabar. Nanti juga terbiasa. Kangen itu pasti ada nduk, biarpun kangen tapi kamu masih bisa nelfon toh?” aku mengangguk.
“Jadilah perempuan yang mandiri, perempuan yang kuat tapi tetap lembut hatinya, jadilah perempuan yang pandai menempatkan diri, yang tau batasan-batasannya. Kalau kamu sudah menetapkan tujuanmu, lakukan sungguh-sungguh, tapi mbah yakin cucu mbah ndag akan main-main, iya kan?” aku menunduk, kuresapi setiap kalimat yang keluar dari mulut mbah kung. Inshaa Allah cucumu tidak akan main-main mbah, gumamku dalam hati.
“Mbah Cuma bisa berdo’a semoga kita selalu dalam lindungan Allah , kamu juga inget pesan mbah, jangan pernah tinggalkan sholat, do’akan juga ibu, bapak, abang dan semua keluarga di sini semoga selalu dalam lindungan-Nya, semoga mbah selalu diberi kesehatan biar bisa liat cucu mbah yang cantik ini wisuda.” Mbah tersenyum menatapku, matanya berkaca-kaca, aku bisa melihat banyak harapan di sana. Harapan beriring keyakinan untuk cucunya tercinta.
Sesaat kami larut dalam keheningan, kami sibuk dengan fikiran masing-masing, tak bersuara, yang ada hanya suara gesekan plastik dan pisau lipat di tangan kami. Aku sangat merindukan saat-saat seperti ini, saat dimana aku dan mbah duduk berdua di bawah pohon mengkudu di belakang rumah, menghabiskan senja sambil berkutat dengan tumpukan gelas plastik bekas air mineral, dan mendengarkan untaian petuah yang keluar dari mulut mbah. Aku rindu, benar-benar rindu.

“Mohon rindu jangan hadir, boleh mampir asal jangan menyisakan bulir.....”
Karya : Neni Haryani

^efek kangen rumah, kangen mamak, pengen pulaaang :(

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PUISI "TENTANG TERANG"

PUISI "AKU PENAT"

PARADISE FALLS "7 Hari Tantangan Menulis #Kampusfiksi dan #Basabasi Strore"